Model-Model Pembelajaran

Nama : Septiyani Nur Herlianasari

NIM : 0805613

Jur/Prodi : TekPend / PP

MaKul : Model-Model Pembelajaran

Dosen : Dr. Toto Ruhimat, M.Pd.

Dr. Rusman, M.Pd.





1. a) Ciri-ciri model pembelajaran adalah :

- model-model pembelajaran yang digunakan sudah dianalisis berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu;

- beberapa model tertentu ( model penelitian kelompok) dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis;

- memiliki tujuan atau misi pendidikan tertentu;

- dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif ( pada model berfikir induktif);

- dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar dikelas;

- terdiri dari beberapa bagian (urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung) yang dapat digunakan oleh guru seagai pedoman praktis saat melaksanakan suatu model pembelajaran;

- model-model yang diterapkan dalam pembelajaran akan memberikan dampak, dampak tersebut berupa dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur) dan dampak pengiring (hasil belajar jangka panjang);

- saat akan mengajar desain pembelajarannya berpedoman pada model pembelajaran yang diinginkan/dipilih.

b) Empat jenis model pembelajaran berdasarkan teori diantaranya :

1. Model Interaksi Sosial, model pembelajaran ini didasari oleh teori pembelajaran Gestalt yaitu field-theory, model interaksi sosial ini menitik beratkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat luas (learning to life together), karena model ini didasari oleh teori pembelajaran Gestalt maka pokok pandangan dari model ini adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

2. Model Pemrosesan Informasi, model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piagent) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/ menerima stimuli dari lingkungan (misalnya: mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep serta menggunakan simbol verbal dan visual). Pelopor dari teori ini adalah Robert Gagne (1985). Beliau berasumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkemangan. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari : (1) informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; (5) kecakapan motorik. Strategi dari model ini meliputi: mengajar induktif, latihan inquiry, inquiry keilmuan, pembentukan konsep, model pengembangan, dan Advance Organizer Model.

3. Model Personal (Personal Models), model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu teori yang berorientasi terhadap pengembangan diri individu, yang menjadi perhatian utama dari teori ini adalah emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif, model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Teori ini berpendapat bahwa guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Strategi pembelajaran dari teori ini adalah: Pembelajaran nondirektif, latihan kesadaran, sinetik, sistem konseptual.

4. Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral), model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu betujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement), model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak bisa diamati lainnya, karakteristik dari model ini berada dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari oleh siswa yang lebih efisien dan berurutan. Fase dalam model ini ada empat, yaitu: fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI); penggunaan media; pengajaran berprograma (liner dan branching); dan operant conditioning & operant reinforcement. Implementasi dari model ini adalah meningkatkan ketelitian dari pengucapan seorang anak. Sedangkan sang guru haruslah selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar dari murid-muridnya.

c) Tiga Model Desain Pembelajaran beserta langkah-langkahnya adalah:

1. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), model ini adalah suatu sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu, fungsi model ini adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Langkah-langkah dari pelaksanaan model ini adalah:

- Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran khusus yang berupa rumusan yang jelas dan operasional mengenai kemampuan atau kompetemsi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

- Mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang dilakukan yang fungsinya untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa, pada model PPSI evaluasi dilakukan saat tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan.

- Menentukan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan yang akan dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai, setelah kegiatan ditetapkan perlu dirumuskan pokok-pokok mteri yang akan diberikan, sesuai dengan kegiatan yang telah ditetapkan.

- Merencanakan program kegiatan belajar mengajar, titik tolaknya adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS-nya dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pendekatan dan metode harus sesuai tujuan dan materi yang telah ditetapkan, termasuk pelaksanaan evaluasi.

- Pelaksanaan, langkah-langkah dalam pelaksanaan program ini adalah mengadakan Pre-Test (tes awal), menyampaikan materi pelajaran, mengadakan Pos-Test (test akhir).

2. Model Gerlach & Ely, model ini adalah model yang melihat umpan balik dari siswanya setelah siswanya melakukan evaluasi.

Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:

- Spesifikasi isi pokok bahasan (spesification of content);

- Spesifikasi tujuan pembelajaran (specification of objectives);

- Pengumpulan dan penyarinagan data tentang siswa (assessment of entering behaviors);

- Penentuan cara pendekatan, metode, dan teknik mengajar (determination of strategy);

- Pengelompokan siswa (organization of group);

- Penyediaan waktu (allocation of time);

- Pengaturan ruangan (allocation of space);

- Pemilihan media/sumber belajar (selection of resources);

- Evaluasi (evaluation of performance);

- Analisis umpan balik (analysis of feedback).

3. Model Jerold E. Kemp, model ini merupakan salah satu model yang memperhatikan karakteristik peserta didiknya saat membuat kurikulum, model ini sebelum memilih materi diadakan pre-test terlebih dahulu, pre-test tersebut digunakan untuk mengetahui apakah siswa memenuhi persyaratan atau tidak.

Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:

- Mementukan tujuan pembelajaran umum atau standar kompetensi dan kompetensi dasar, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran;

- Membuat analisis tentang karakteristik siswa, analisis ini dilakukan agar kita bisa mengetahui segala sesuatu tentang siswa, seperti latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa agar siswa tersebut dapat mengikuti program, juga langkah-langkah yang akan diambil;

- Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang spesifik, operasional dan terukur, dengan demikian siswa akan tahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa siswa telah berhasil; dari segi guru, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan bahan/materi yang sesuai;

- Menentukan meteri/bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus;

- Menentukan penjajakan awal (pre-assessement) atau pre-test, dilakukan agar mengetahui apakah siswa memenuhi persyaratan untuk mengikuti program pembelajaran, dan kegiatan ini dapat digunakan untuk memilih materi yang perlu diajarkan pada siswa;

- Menentukan startegi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (yaitu: efisiensi, keefektifan, ekonomis, dan kepraktisan) melalui suatu analisis alternatif;

- Koordinasi sarana penunjang yang diperlukan meliputi: biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan tenaga;

- Mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana program pembelajaran tercapai (dari sisi: siswa, program pembelajaran, instrumen evaluasi, dan metode yang digunakan).

2. Pola Pembelajaran (Barry Morries) dilihat dari penggunaan media yaitu :

a) Pola pembelajaran tradisional pertama adalah pola pembelajaran dimana guru sebagai pusat dari informasi, dalam pola guru memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar.

Contohnya: Metode ceramah yang dilakukan guru saat mata pelajaran IPS, diman guru menerangkan mata pelajaran tersebut pada siswa, sesuai dengan pengetahuan yang guru tersebut ketahui, dan para siswanya mendengarkan apa yang guru jelaskan.

b) Pola tradisional kedua dalam proses pembelajaran sudah digunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan informasi kepada siswa, pada pola kedua ini guru sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk menyampaikan materi, misalnya guru menggunakan OHP, Flowchart, Media Audio, dan lain-lain. Namun pada pola ini si guru masih dominan.

Contoh: Guru menerangkan mata pelajaran IPA sesuai dengan pengetahuan yang dia miliki, dengan menunjukkan gambar yang telah disiapakan oleh guru tersebut sebelumnya, gambar tersebut ditunjukkan pada siswa menggunakan OHP.

c) Pola ketiga adalah pola pembelajaran guru dan media, dalam hal ini guru menyampaikan materi kepada siswadengan didampingi media. Dalam pola ini presentase guru dan media adalah 50%.

Contoh: guru menerangkan mata pelajaran sejarah, dan guru tersebut sudah membuat presentasi mata pelajaran sejarah sebelumnya. Dan guru tersebut menunjukkan presentasinya dengan LCD.

d) Pola keempat adalah pola pembelajaran bermedia, pada pola ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa. Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media.

Contoh: Pada mata pelajaran TIK guru memerintahkan para siswanya untuk membuat E-Mail, lalu guru tersebut memberikan tugas pada siswanya dengan mengirimkan E-Mail, dan siswa dapat menjawab pertanyaan dengan browsing di internet.

3. Menurut saya model yang cocok untuk pelaksanaan KTSP adalah model Pemrosesan Informasi, karena jika kita lihat KTSP disusun dengan memperhatikan: (1) Peningkatan Iman dan Takwa serta Akhlak Mulia; (2) Pengembangan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik; (3) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkunganan; (4) Tuntunan Pembangunan Daerah dan Nasional; (5) Tuntunan Dunia Kerja; (6) Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni; (7) Agama; (8) Dinamika Perkembangan Global; (9) Persatuan Nasional dan Nilai-nilai Kebangsaan; (10) Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat; (11) Kesetaraan Gender; (12) Karakteristik Satuan Pendidikan, dan dalam strategi pembelajaran model Pemrosesan Informasi ada mengajar induktif yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan membentuk teori ini sangat sesuai pada acuan nomer (2) yaitu Pengembangan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik, lalu ada latihan inquiry yang digunakan untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan ini sesuai dengan acuan nomor (8) yaitu Dinamika Perkembangan Global dan nomor , jadi siswa bisa menemukan informasi yang sesuai dan memang diperlukan saat terjadi dinamika perkembangan global. Inquiry keilmuan pada strategi pemrosesan informasi yang bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam dominan-dominan disiplin ilmu lainnya, juga strategi pembentukan konsep yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir induktif, mengambangkan konsep, dan kemampuan analisis ini sesuai dengan acuan nomor (5) yaitu Tuntunan Dunia Kerja, disini peserta didik mendapatkan pengalaman sehingga saat dia bekerja dia sudah mendapatkan pengalaman, selain itu saat si peserta didik bekerja dia dapat menggunakan pemikirannya untuk mengembangkan konsep dan menganalisis pekerjaannya. Model pengembangan yang ber tujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berfikir logis, aspek sosial, dan moral sangat sesuai dengan nomor (1) yaitu Peningkatan Iman dan Takwa serta Akhlak Mulia, nomor (7) yaitu Agama ini sesuai saat peserta didik mengembangkan intelegensi umum pada aspek moral, nomor (3) yaitu Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkunganan, nomor (9) yaitu Persatuan Nasional dan Nilai-nilai Kebangsaan, nomor (10) yaitu Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat, dan nomor (11) yaitu Kesetaraan Gender ini sesuai saat peserta didik mengembangkan intelegensi umum pada aspek sosial. Strategi yang terakhir adalah Advance Organizer Model yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungakan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna, ini sangat sesuai dengan acuan nomor (4) yaitu Tuntunan Pembangunan Daerah dan Nasional, dengan strategi ini tuntunan untuk pembangunan daerah dan nasional dapat dilaksanakan sesuai dengan ilmu pengetahuan yanga ada. Juga sesuai dengan nomor (12) yaitu Karakteristik Satuan Pendidikan dan nomor (6) yaitu Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni.

4. - Model CBSA (cara belajar siswa aktif) adalah suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswanya, dan guru sagat berperan penting dalam memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam pembelajaran, dalam hal ini siswa aktif tidak hanya aktif bertanya saat pelajaran, atau aktif dalam tugas-tugas pelajaran, namun dalam hal ini siswa juga aktif saat bersosialisasi dengan teman-temannya.

- Model PAKEM ( partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) merupakan model yang menafsirkan bahwa pembelajaran itu haruslah menyenagkan, jadi siswa dapat termotivasi untuk belajar dengan sendirinya tanpa ada rasa takut, juga mengadakan eksplorasi, kreasi, dan bereksperimentasi terus dalam pembelajaran. Disamping itu model ini juga merupakan penerjemah dari empat pilar yang dirancang oleh UNESCO (learning to know, leaning to do, learning to be, dan learning to life together). Ada tiga model pembelajaran yang dapat mendukung model PAKEM ini, yaitu: (1) pembelajaran kuantum; (2) pembelajaran berbasis kompetensi; (3) pembelajaran kontekstual. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirmya siswa dapat menciptakan sebuah karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

5. Penggunaan model pembelajaran disekolah sangatlah diperlukan karena seperti yang kita ketahui bahwa dalam merancang sebuah kurikulum pembelajaran pasti dibutuhkan suatu pedoman agar kurikulum yang dirancang tersebut tepat sasaran. Selain itu seperti yang kita ketahui bahwa suatu model pembelajaran pastilah sudah dianalisis sebelumnya, sehingga model-model tersebut tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh diajarkan pada anak didik. Dengan menggunakan model pembelajaran guru-guru pun jadi mengetahui cara mengajar yang baik agar para anak didiknya dapat mengerti mata pelajaran yang dijelaskan dengan mudah, dan juga cara mengajar agar para murid tidak mudah bosan saat memperhatikan pelajaran.

mine

TAKE HOME EXAME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Nama : Septiyani Nur Herlianasari

NIM : 0805613

Jur/Prod : Teknologi Pendidikan / Perekayasa Pembelajaran

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

1. ᴥ Definisi psikologi pendidikan menurut ahli:

- Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e. Penyenggaraan pendidikan keguruan

- Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah ...... a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.



ᴥ Sebelum saya mendefinisikan Psikologi pendidikan sebaiknya saya mendefinisikan kedua kata tersebut satu-persatu.

Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai segala bentuk perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang berdasar pada kejiwaan manusia tersebut.

Pendidikan adalah suatu perbuatan atau tindakan untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan dengan menggunakan metode tertentu, dan semua itu proses tersebut dilakukan baik di lembaga formal maupun di lembaga non formal.

Jadi, Psikologi Pendidiakan adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai segala bentuk perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang berdasar pada kejiwaan manusia agar perbuatan atau tindakan untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan dengan menggunakan metode tertentu dapat tercapai atau didapat dengan baik dan efektif.

2. Hal-hal yang dipelajari pada Psikologi Pendidikan adalah:

a. Karakteristik atau ciri peserta didik yang bermasalah.

b. Perumusan tujuan pembelajaran secara tepat untuk peserta didik.

c. Cara mengajar atau pemilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik.

d. Cara memberikan bimbingan atau konseling yang tepat untuk peserta didik yang bermasalah.

e. Cara memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

f. Cara menciptakan iklim belajar yang kondusif.

g. Cara berinteraksi dan bersabar secara tepat dengan peserta didik.

h. Cara menilai hasil pembelajaran yang adil.

3. Manfaat yang saya dapatkan setelah mempelajari psikologi pendidikan adalah:

a. Memgetahui cara merumuskan tujuan sekolah dan pembelajaran yang tepat untuk para peserta didik.

b. Mengetahui strategi atau metode pembelajaran apa saja yang sesuai dengan karakteristik peserta didik yang beragam.

c. Mengetahui bagaimana cara memberi hukuman, memberi hadiah, memberi bimbingan, atau konseling pada masing-masing peserta didik.

d. Mengetahui bagaimana cara untuk membuat lingkungan belajar menjadi kondusif sehingga peserta didik pun menjadi semangat dalam belajar.

e. Mengetahui ciri-ciri peserta didik yang bermasalah dalam belajar, sehingga kita bisa tahu bagaimana cara untuk membantu memecahkan masalah belajarnya dan memberikan motivasi agar semangat belajarnya kembali.

f. Mengetahui cara yang tepat untuk berbaur/berinteraksi dengan peserta didik, dengan bisa membedakan antara saat di dalam kelas dengan saat di luar kelas.

g. Mengetahui cara menilai peserta didik dengan adil tanpa memandang status.

h. Mengetahui cara meredakan emosi dan menghilangkan rasa dendam pada peserta didik yang mempunyai masalah secara personal dengan kita.

4. Model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip psikologi pendidikan menurut saya adalah model PAKEM. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorga-nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disaran-kan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Peng-gunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan ling-kungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pe-manfaatan lingkungan dapat mengembang-kan sejumlah keterampilan seperti meng-amati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM.’

Jika kita lihat dari hal-hal yang harus diperhatikan pada model PAKEM, maka menurut saya itu sangat lah cocok dengan prinsip psikologi pendidikan dimana psikologi peserta didiklah yang harus diperhatikan.

Sedangkan jika saya membuat model pembelajaarn, model pembelajaran yang akan saya buat dinamakan Model Learn and Fun. Model ini didasarkan oleh teori Nasution (1982) tentang prinsip penerapan belajar. Model Learn and Fun ini menitik beratkan pada hubungan harmonis antara guru dan para peserta didiknya, juga antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, sehingga kerjasama tidak hanya terjadi antara guru dengan satu peserta didik, atau hanya antar peserta didik saja. Sehingga materi pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dimengerti oleh para peserta didiknya, dan pemahaman yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya pun setara atau sama rata. Langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam model ini adalah:

a. Berbaur/berinteaksi akrab dengan siswa.

b. Memberikan materi pelajaran yang sudah ditentukan dan sesuai tujuan.

c. Memberikan game yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan. Game yang diberikan haruslah bisa membuat hubungan antara guru dan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya menjadi lebih akrab, selain itu game ini juga haruslah membuat para peserta didik cepat memahami pelajaran yang telah disampaikan.

d. Membiarkan siswa bertanya mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan.

e. Memberikan kuis atau pertanyaan, yang kemudian dijawab siswa sesuai dengan pengalaman yang didapatkannya. Kuis atau pertanyaan diberikan setiap hari, setelah materi pelajaran selesai diberikan, atau sebelum jam pelajaran mata pelajaran tersebut selasai.

f. Memberikan feedback terhadap perilaku yang diberikan oleh siswa. Disini bagi siswa yang sudah menjawab pertanyaan akan mendapat feedback berupa nilai plus.

g. Melaksanakan penilaian proses dan hasil. Berupa ulangan yang dilakukan setiap beberapa materi telah disampaikan.

h. Memberikan motivasi belajar pada peserta didik, dengan memberikan hadiah kepada peserta didik yang memiliki nilai ulangan yang paling baik.

Model Learn and Fun ini meliputi beberapa strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Menganjar induktif, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa.

b. Game, yang bertujuan untuk memacu semanagt siswa untuk belajar, dan agar siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Juga bertujuan untuk membuat hubungan antara guru dan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya menjadi lebih akrab

c. Reward/Feedback , bertujuan agar siswa termotivasi untuk belajar lebih baik lagi.

d. Ulangan dan Kuis, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana siswa sudah memahami mata pelajaran yang telah disampaikan. Juga untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa.

Implikasi teori Nasution (1982) tentang prinsip penerapan belajar, diantaranya sebagai berikut :

a. Belajar itu berdasarkan keseluruhan, dimana pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi berangkat dari masalah, sehingga dari masalah tersebut siswa dapat mempelajari fakta.

b. Anak yang belajar merupakan keseluruhan, bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektualnya saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Anak haruslah diajarkan untuk bisa berbaur dengan orang-orang dan lingkungan di sektarnya. Juga anak haruslah bisa membedakan bagaimana cara berbaur dengan orang yang seusia dengannya dan berbaur dengan orang yang labih tua darinya. Untuk mengembagkan pribadi yang baik seorang anak, maka sang anak tersebut haruslah diajarkan dengan cara-cara yang menyenangkan, agar pengalaman yang dimilikinyapun menyenangkan.

c. Belajar berkat insight, dimana pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu situasi yang harus dipecahkan.

Belajar berdasarkan pengalaman, anak/siswa belajar atau memahami sesuatu dari apa yang telah dialaminya selama ini, disaat anak/siswa tersebut dihadapkan pada suatu persoalan maka anak/siswa tersebut akan memecahkan persoalan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya